DEMAM TYPHOID :
Yaitu suatu penyakit infeksi akut usus halus disebabkan oleh
kuman salmonella typhi.
Salmonela typhi :
- gram neg. batang.
- dapat bergerak.
- mempunyai 3 antigen.
ü antig. O ( lipopolisakharida). Positif jika
titer pengenceran >160 terdapat antigO
ü antig. H (flagel)
ü antig. V (villi)
Bisanya terdapat pd tinja dan urin pendeita. Masuk ke tubuh
lewat air dan makanan.
S. Typhi tidak mempunyai reservoir binatang (tidak melalui
vector), infeksi langsung dari penderita.
Masa inkubasi : 10-14 hari
S.Typhi Þ
masuk kedalam usus Þ
sirkulasi darah Þ
organ retikulondotelial (makrofag) untuk bereplikasi Þ bakteriemi primer. (awal bakteri
berkembang di dalam darah)
Selanjutnya kuman masuk ke sistem limfatik Þ kel. Limfh (getah bening)
Þ aliran darah Þ hati, limva, sumsum
tulang.
Kuman bereplikasi dalam sel Þ
masuk sirkulasi darah (kedua kalinya), pegal2, sakit kepala.
Minggu II dan III bakteriemi kedua Þ kuman bisa diisolasi dari darah kuman masuk ke kd. Empedu dan plak
peyeri Þ
kuman dapat diisolasi dari tinja
Empedu : fokus infeksi utk. Waktu lama.
Bila nekrosis kd.empedu Þ
kholesistitis.
Bila nekrosis plak peyeri Þ
perdarahan Þ
perforasi (berlubang) usus.
Pada penderita yg sembuh, kemungkinan masih ada kuman pd
kd.empedu Þ
karier Þ
menularkan.
Supaya sembuh Þ
kolesistektomi.
Pengobatan sekitar 1 minggu
Diagnosis :
- ditemukan kuman pd kultur darah, urin, feses, ss. Tulang (4-5 hari).
- Tes Widal Þ untuk tes antibodi dipengaruhi : gizi, vaksinasi, terapi.
Pada infeksi aktif titer widal
meningkat 4 x tes yg diulang 5-7 hari.
- Tes Dipstik Þ deteksi Iipopolisakarida.
TUBEX TF (tes untuk mengetahui
immunoglobulin M) => infeksi akut
S. Paratyphi A, B, C Þ
lebih ringan dibanding S. Typhi.
PERITONITIS
Yaitu peradangan peritoneum (selaput rongga perut). Biasanya
sebagai komplikasi. penyakit infeksi organ2 abdomen. (appendicitis(usus buntu),salfingitis
(saluran dari kandung telur ke rahim), Ruptur (rusak) saluran cerna).
Mikroorganisme yg sering berasal dari kolon (stafilokok,
streptokok)
Terbentuk abses(bisul) Þ
bila meluas Þ
peritonitis umum Þ
timbul ileus paralitik Þ
atoni usus.
Cairan elektrolit hilang kedalam lumen usus Þ dehidrasi Þ syok Þ gangguan sirkulasi Þ oliguri.
Gejala utama :
ü nyeri perut terus menerus.
ü muntah.
ü abdomen tegang.
ü peristaltik.
Lab : Leukositosis, CRP (C-reaktif protein) meningkat,LED
meningkat
Pengobatan :
ü antibiotik.
ü cairan elektrolit.
ü menghilangkan fokus penyakit.
ü drainase nanah Þ
keluar.
Prognosis :
Lokal baik.
Umum buruk.
TUBERKULOSIS PARU
Yaitu penyakit infeksi yg disebabkan oleh kuman TBC
(Micobact TB).
Patogenesis:
Tempat masuk: saluran nafas, saluran cerna, luka terbuka.
Bila melalui udara yaitu melalui inhalasi droplet yg
mengandung kuman T.B Þ
masuk ke alveoli Þ
bagian atas lobus atas/lobus bawah.
Pada tempat ini infeksi terjadi peradangan Þ banyak PMN memfagogit
tapi tidak membunuh Þ PMN
diganti makrofag (ssd hari2 get pertama) Þ
selanjutnya timbul Pneumoni Þ
bisa sembuh sendiri atau berlanjut.
Penyebaran limfogen Þ
ke kelenjar getah bening regional. Dan
Makrofag berinfiltrasi membutuhkan tuberkel di kelilingi
limfosit (dlm waktu 10-20 hari) Þ
nekrosis bagian sentral Þ
gambar seperti keju Þ
disebut perkejuan.
• TUBERKULOSIS
PARU
Respon Tubuh :
ü Lesi
primer (fokus ghon) bila bersatu dengan
KGB disebut kompl.ghon Þ
mengalami perkapuran. Bila pada orang
sehat terlihat pd foto Rontgen.
ü Cavitas(kerusakan
d paru-paru): bila pada daerah nekrosis terjadi pencairan Þ bahan cair lepas ke
bronkus Þ
basil ke laring, telinga tengah, usus.
Penyebaran : hematogen, limfogen.
Bila hematogen Þ
T.B Milier.
Manifestasi Klinis :
- Pada stadium awal tak ada tanda-tanda yg khas.
- Pada stadium lanjut Þ kerusakan jar paru meningkat Þ produksi sputum meningkat Þ batuk semakin sering dan berat.
- Jarang nyeri dada.
- Batuk darah bila kasus sudah lanjut.
- Kadang2 lemah, keringat malam, BB menurun, batuk produktif.
Diagnosis:
- BTA (+) Þ diagnosa pasti.
- Bila BTA (-) untuk diagnosa harus :
Ø
Tes Tuberkulin, tes antibodi (+)
Ø
Pemeriksaan radiologis abnormal. (paru-paru)
Ø
Tanda klinis.
Pada TB terjadi reaksi hipersensitifitas seluler yg timbul
setelah 3-10 minggu dari infeksi.
Pada orang yg terpapar kuman TB Þ limfosit T tersensisitisasi Þ Bila orang tersebut
disuntik derivat protein murni (PPD) pd kulit Þ
limfosit T akan bereaksi dengan extrak tsb dan menarik makrofag.
Tes Tuberkulin.
Suntikan intra kutan 0,1 ml ppd yang mengandung 5 unit
Tuberkulin.
Tes positif bila indurasi dengan diameter ³ 10 mm.
Untuk kekebalan :
Vaksinasi BCG (Bacillus Calmete Guerio) pd orang yg
telah di BCG Þ Tes
Tuberkulin (+).
Bahan pemeriksaan BTA :
Sputum, urin, cairan otak, cairan lambung.
Pemeriksaan Lab. :
Limfositosis, LED ↑, CRP ↑ , albumin↓ , globulin ↑ ,
kolesterol ↓.
Pengobatan :
Rifampisin, etambutol, Pyrazinamid INH, Streptomisin
APENDISITIS.
Paling sering pada dewasa muda.
Patogenesis :
Fungsi apendiks tidak diketahui.
Appendisitis merupakan peradangan pd semua lapisan
appendiks.
Tanda pertama diduga oleh karena obstruksi lumen APP,
biasanya ok. tinja.
• Apendisitis
Þ
Pengeluaran mukus ok. Tinja
Þ
Pembengkakan, infeksi dan ulserasi.
Bila dibiarkan Þ
nekrosis, gangren, perforasi.
Tanda klinis :
Pada yg akut : nyeri sekitar pusat Þ menjalar ke sekitarnya,
mual muntah (dlm 1-2 hari).
Pada yg kronis : rasa nyeri hilang timbul.
• Apendisitis
Diagnosis banding :
ü Gastro Enteritis akut.
ü Limfadenitis mesenterium.
ü Kehamilan ektopik.
ü Enteritis regional.
Pem Lab. : Leukosit ↑, PMN ↑, CRP (+), LED ↑
• DISENTRI
- Disentri Basiler.
- Disentri Amuba.
• DISENTRI
Disentri Amuba.
• Penyebab
: Entamuba Histolitika.
• Merupakan
penyakit akut Þ
diare + darah + kolik.
Patogenesis :
• E.
Hist. menembus mukosa usus Þ
ulkus Þ bisa perforasi.
• Yg
paling sering adalah Colitis Amuba.
• Abses
hati ok. Amuba sering ditemukan (5%).
• DISENTRI
AMUBA
Tanda abses hati Amuba:
Demam, nyeri perut kanan atas, hepatomegali.
Pemeriksaan Lab. : pada tinja Amuba (+) Þ mengandung eritrosit.
Kista Matur :
inti 4.
Kista Prematur : inti 1.
• DISENTRI
AMUBA
Diagnosis :
ü Tinja:
amuba (+) / kista (+)
ü Tes
serologis (+) (95%)
70% pd
amuba intestinal.
10% pd
yg Asimtomatis / Karier
.
E. Coli :
ü Sitoplasma
lebih gelap.
ü Beberapa
vakuola, bakteri, ragi, dll.
Kista : matur den 8 inti / lebih.
imatur Þ
4 inti.
Lebih besar dari kista E. Histolitika.
DEFINISI
:
Suatu penyakit kronis yg disertai hiperglikemi yg menetap
sebagai akibat adanya gangguan metabolisme, khususnya gangguan metabolisme
karbohidrat.
Keterangan :
Hiperglikemi = kadar glukosa yang sangat tinggi.
Sumber
glukosa :
- Karbohidrat.
- Pemecahan lemak : 10%
- Pemecahan protein : 58%
Penurunan Glukosa darah oleh karena :
Diubah
menjadi Glikogen (glikogenesis)
terdapat
di hati & jaringan.
Oksidasi
:
* secara anaerob ®
asam laktat.
* secara aerob ®
H2O + CO2
* dikeluarkan melalui ginjal.
* diubah menjadi lemak. L=Lipogenensis
Tanda-tanda klinik Diabetus Melitus :
Poliuri
(osmotik diuresis)
Polidipsi
(dehidrasi ICF ®
haus)
Polineuro
Degenerasi
Polifagi
Pus
DIABETUS
MELITUS
Insulin.
Fungsi: menurunkan glukosa darah.
Dibuat di sel b pankreas.
Cara kerja Insulin :
Merangsang transport glukosa.
Merangsang
pembuatan protein dari asam amino.
Merangsang
Lipogenesis, dan menghambat lipolisis.
Merangsang
Glikogenesis di hati dan otot dan menghambat glukoneogenesis
DIABETUS
MELITUS
Glukagon ®
meningkatkan glukosa darah
Dibuat di sel pankreas dan usus halus.
Merangsang
Glikogenolisis di hati.
Merangsang
Glukoneognesis.
Epinefrin ®
meningkatkan glukosadarah.
Dibuat di Medula Adrenal.
Merangsang
Lipolisis.
DIABETUS
MELITUS
Hidrokortison ®
meningkatkan glukosa darah.
Dibuat di Kortek Adrenal.
Merangsang
Glukoneogenesis.
ACTH (Adreno Cortico Throphic Hormone)
Dibuat di Kortek Adrenal.
Dibentuk
di hipofisa anterior.
Merangsang
Lipolisis.
DIABETUS
MELITUS
Growth Hormone ®
meningkatkan glukosa darah
Dibuat di Hipofisa
Anterior.
- Menghambat pemakaian glukosa di otot dan jaringan Adiposa.
- Merangsang Lipolisis.
Tiroksin ®
meningkatkan glukosa darah.
Dibuat di kelenjar tiroid.
Merangsang
Glikogenolisis.
DIABETUS
MELITUS
Penyebab Diabetus Melitus:
• Kelainan pada sel b P. Langer Hans di pankreas.
• Peningkatan hormon yg menghambat insulin.
Tipe Diabetus Melitus :
1. Tipe Juvenil =
Over Diabetus Melitus.
oleh karena :
• Produksi
insulin menurun
• Produksi
glukagon meningkat
Cepat timbul komplikasi
(ketosis ®
asidosis ® koma
® meninggal)
DIABETUS
MELITUS
Penyebab Diabetus Melitus
Penyebab Diabetus Melitus
2. Chemical
Diabetus Melitus = Mature Onset.
* Terjadi pada Diabetus Melitus yg sudah lama (±15th).
* Terbentuk sorbitol
(glukosa aldose
Glusitol)
reduktase
* Terjadi
Atherosklerosis ®
berakibat penebalan pemb. Darah dan mengeras sehingga terjadi penyempitan.
- Neuropatia diabetika
- Retinopatia diabetika
- Katarak diabetika
- Nefropatia diabetika ® sindroma kimmelsteil wilson
DIABETUS
MELITUS
Penyebab Diabetus Melitus
Penyebab Diabetus Melitus
3. Prediabetes.
Tanpa
gejala.
Orangtua/saudara
kembar: DM
4. Diabetus
Melitus Laten.
• Hiperglikemi.
• Glukosuri (-)
• GTT: normal
• GTT jadi abnormal pada stres. Misal hamil, penyakit infeksi, pengobatan
Kortikosteroid
DIABETUS
MELITUS
Penyebab Diabetus Melitus
Penyebab Diabetus Melitus
5. Diabetes
Sekunder.
Akromegali : Growth Hormone meningkat.
Cushing :
Glukokortikoid meningkat.
Hipertiroid :
Tiroksin meningkat.
KLASIFIKASI
DIABETUS MELITUS BERDASARKAN PENYEBAB
I. Diabetus
Melitus Tipe 1.
Kerusakan sel b def. insulin absolut.
• Penyakit Otoimmun.
• Idiopatik.
II. Diabetus Melitus Tipe 2.
Resistensi insulin.
Def. insulin relatif.
Gangguan sekresi insulin.
KLASIFIKASI
DIBETUS MELITUS BERDASARKAN PENYEBAB
III. Diabetus Melitus Tipe lain.
Defek Kromosom 12, 7, 20 ® fungsi sel b terganggu
Peny. Eksokrin pankreas.
(pankreatitis, trauma pankreas,
neoplasma)
Endokrinopati (akromegali, hipertiroidisme)
Oleh karena obat2 (glukokortikoid, asam nikotinat,
tiazid, dilantin, interferon alfa)
Infeksi rubela
Antibodi antireseptor insulin
KLASIFIKASI
DIBETUS MELITUS BERDASARKAN PENYEBAB
IV. Diabetes
kehamilan.
Dalam keadaan normal 80% sumber energi
berasal dari metabolisme KH. Pada Diabetus Melitus yg berat, sumber energi
berasal dari metabolisme lemak.
Pembakaran
lemak yg tidak sempurna menghasilkan:
Asam b
hidroksi butirat
Asam Aseto Asetat
KLASIFIKASI
DIBETUS MELITUS BERDASARKAN PENYEBAB
Lab:
Glukosuri.
Hiperglikemi
-
glukosa darah puasa meningkat.
-
glukosa darah PP (2 jam setelah makan) meningkat.
- GTT
abnormal
Gliko Hb meningkat (Hb A1c ↑)
gula selama 2-3 bulan (sesuai dengan usia eritrosit
Fruktosamin meningkat. 2 minggu proteinyang
terika pada Hb
Diabetus melitus ketosis ® ketonuri
ph darah ↓ ® asidosis
• Ikterus
: yaitu keadaan klinis yg disertai adanya warna kuning pd kulit dan mukosa yang
disebabkan oleh Pigmen Empedu. Ikterus
ini t terjadi bila kadar bilirubin total
> 2
Mg/dl.
• Kadang2
Ikterus baru terlihat bila kadar 7-8 Ng/dl.
• Pada
Karotenemi dan pemakaian obat Atabrin, kulit bisa menguning.
• HATI
(HEPAR)
Metabolisme Bilirubin.
• Bilirubin
merupakan hasil akhir metabolisme Heme. Tiap hari Hb dipecah sebanyak 6 gr yang
menghasilkan 30 mg bilirubin.
• Prosesnya
terjadi di Res., misal hati, limpa SS TL.
• HATI
(HEPAR)
• HATI
(HEPAR)
Ikterus Prehepatik terjadi produksi bilirubin yg
berlebih yg disebabkan lisis Eritrosit yg meningkat sehingga terjadi Ikterus
Hemolitik.
Kemampuan hati utk konyugasi terbatas, sehingga bilirubin yg
tidak terkonyugasi (bilirubin indirek) meningkat.
• HATI
(HEPAR)
Ikterus hepatik (Ikterus Parenkhimatosa)
Terjadi
karena adanya kerusakan sel2 hati. Bilirubin indirek masuk ke hati, selanjutnya
berubah menjadi bilirubin direk (bilirubin terkonyugasi), dikeluarkan ke Duktus
Hepatikus.
Bilirubin Direk dan Indirek meningkat.
• HATI
(HEPAR)
Ikterus Posthepatik (Ikt. Obstruktiva)
Terjadi karena adanya bendungan saluran empedu, sehingga
bilirubin direk tidak dapat masuk ke usus halus.
• Bilirubin Direk (didalam serum) meningkat.
• Bilirubin uri.
• Mukosa kuning
• Feses akholis (warna feses abu2) karena tidak
ada Sterkobilin
• HATI
(HEPAR)
Ikterus Posthepatik (Ikt. Obstruktiva)
Ikterus Posthepatik (Ikt. Obstruktiva)
Obstruksi :
- Obstruksi Intra Hepatik.
Gangguan
ekskresi bilirubin yg terjadi antara mikrosom hati dan saluran empedu.
2. Obstruksi
Ekstrahepatik.
Terjadi
disaluran empedu yg lebih besar yaitu Duktus Kholedokhus.
• HATI
(HEPAR)
Ikterus Posthepatik (Ikt. Obstruktiva)
Ikterus Posthepatik (Ikt. Obstruktiva)
Penyebab Obstruksi :
ü Batu di duktus kholedokhus.
(batu
kandung empedu)
ü Stenosis/fibrosis duktus kholedokhus.
ü Tumor pankreas.
• HEPATITIS
Hepatitis Infektiosa (Hepatitis Virus A)
• Masa
inkubasi (dr infeksi-timbul gejala klinik) pendek (1-3 bulan).
• Sangat
menular, penularan melalui fekal- oral (feses atau urin manusiaà di hinggapi lalat
nempel pada manusia/terminum)
• Banyak
terjadi pd golongan sosio-ekonomi lemah.
• HEPATITIS
Hepatitis Infektiosa (Hepatitis Virus A)
Hepatitis Infektiosa (Hepatitis Virus A)
Gejala Klinis :
• Anoreksi,
mual, muntah, lemah, artralgi, mialgi, sakit kepala, faringitis, batuk, demam.
• Gejala
tsb terjadi 1-2 minggu sebelum urin berwarna kuning tua tinja lebih tua
• Setelah
sklera mata kuning gejala2 tsb berkurang.
• Rasa
nyeri perut kanan atas.
• HEPATITIS
Hepatitis Infektiosa (Hepatitis Virus A)
Hepatitis Infektiosa (Hepatitis Virus A)
Pemeriksaan Lab. :
• Sebelum
Ikterus (pre ikterik)
ü retensi BSP (Brom Sulfat Ptalein) sudah tidak
di lakukan karena agak bahayaàdisuntikan
bahan ke darahàurin
di periksa lalu di cek sisa kandungan zat tersebut di dalam darahn
ü bilirubin uri.
ü bilirubin total serum meningkat.
ü SGOT / SGPT meningkat.
ü leukopeni
timbul sama2 demam, kemudian terjadi
limfositosis dan monositosis relatif.
• HEPATITIS
Hepatitis Infektiosa (Hepatitis Virus A)
Hepatitis Infektiosa (Hepatitis Virus A)
Pemeriksaan Lab. :
• Stadium
Ikterus
ü Bilrubin total
(mula2 direk > indirek, kemudian indirek >direk).
ü SGOT/SGPT meningkat, melewati puncakÞ normal setelah 2 - 5
uminggu kemudian.
ü LDH (lactic Dehidrogenase) meningkat.
ü TTT meningkat.
ü Urobilinogen meningkat.
ü LED meningkat.
ü PT meningkat (bila kerusakan hati luas).
• HEPATITIS
Hepatitis Infektiosa (Hepatitis Virus A)
Hepatitis Infektiosa (Hepatitis Virus A)
Masa penyembuhan :
• Bilirubin
urin (-)
• Blirubin
serum normal.
• Pemeriksaan
lab. Kembali normal
• Gejala
klinik menghilang
• HEPATITIS
VIRUS B
5% di seluruh Dunia. Sedangkan Di Indonesia 4-9%.
Penularan : parenteral, menembus kulit atau mukosa. Misal
melalui suntikan, transfusi, operasi, perawatan gigi, tusuk jarum.
Bisa juga melalui hubungan kelamin.
Di daerah dengan kejadian tinggi bisa terjadi penularan Non
parenteral, dapat pula dalam kandungan Þ
Transplacental.
• HEPATITIS
VIRUS B
Golongan Risiko Tinggi :
Tenaga medis, paramedis, pegawai lab.,penghuni asrama, WTS,
pecandu narkotik yg menggunakan suntikan.
Penderita dgn terapi Immunosupresip.
• HEPATITIS
VIRUS B
Gejala Klinis :
• Masa
tunas 40-180 hr, rata2 95 hr.
• Keluhan
sama seperti H.V.A.
• Nyeri
sendi, nyeri kepala, demam, merah2 pd kulit. Di duga adanya pengendapan
kompleks antigen-antibodi.
• Setelah
ikterus Þ
keluhan hilang.
• HEPATITIS
VIRUS B
Pemeriksaan Lab.
Stadium prodromal :
• HBsAg (+), bisa anti HBc (+)
• Bilirubin uria.
Stadium Ikterus :
• PD. 5% penderita HBsAg (-)
Bila HBsAg (+) >
12 minggu Þ
kronis.
• HBeAg (+), bila menjadi (-) Þ
timbul anti HBe.
• Ensim GPT > GOT.
• HEPATITIS
VIRUS B
Stadium penyembuhan :
Anti HBs (+) :
merupakan indikator kekebalan dan tanda kesembuhan H.V.B.
• HEPATITIS
VIRUS B
HVB Kronis
HVB Kronis
HVB Kronis
5-10% HVB akut Þ
kronis.
HBsAg (+) berbulan bulan sampai bertahun tahun.
HBeAg (+) pd saat HBsAg (+).
Keluhan subjektif berkurang, juga kelainan Biokomia pd
sebagian besar penderita.
Sebagian kecil jadi sirrhosis hepatis, sebagian meninggal
oleh karena kegagalan faal hati. Sebagian kecil jadi hepatoma, sebagian besar
bisa sembuh.
55% HVB kronis menjadi sirrhosis dalam waktu 42-48 bulan.
• HEPATITIS
VIRUS B
HVB Kronis
HVB Kronis
Pencegahan HVB :
• donor darah harus HBsAg (-)
• alat suntik disposible.
• immunisasi aktif (dengan vaksin HBsAg ) dan
pasif (dengan Immunoglobin).
Marker (petanda) serologik HVB.
HBsAg = Hepatitis B surface Ag.
Anti HBs.
HbcAg = Hepatitis B core Ag
HbeAg = Hepatitis B e Ag
Anti HBe
DNA – polymerase
DNA ds = Double
Stranded DNA.
• HEPATITIS
VIRUS B
HVB Kronis
HVB Kronis
• HEPATITIS
VIRUS B
HVB Kronis
HVB Kronis
1 2 3 4 5 6 7
Bulan
• HEPATITIS
VIRUS B
HVB Kronis
HVB Kronis
HbsAg :
(+) sesudah 6 minggu post infeksi.
(-) (menghilang) dalam 3 bulan.
gejala
(-) : karier.
Bila (+) > 6 bulan
gejala
(+) : kronis.
• HEPATITIS
VIRUS B
HVB Kronis
HVB Kronis
Anti Hbc IgM: terbentuk paling dulu selama 2-3 bulan.
IgG : bertahan lebih
lama.
Merupakan pertanda dari:
- Diagnosa HVB bila Hbs, Ag (-).
- Fase penyembuhan infeksi HVB.
• SIROSIS
HATI
Yaitu
suatu keadaan dengan terjadinya perubahan2 pada sirkulasi mikro, anatomi
pemb.darah dan seluruh sistem arsitektur hati yg mengalami pertumbuhan menjadi
tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) di sekitar
Parenkhim hati.
Salah
satu akibat penting yaitu perubahan dalam sistem aliran portal pada Parenkhim
hati.
Penyebab:
• Hepatitis virus B, C
• Alkoholisme
• SIROSIS
HATI
Gejala Klinis :
• Anoreksi.
• Mual.
• Rasa tidak enak di perut.
• Lekas cape.
• BB menurun.
• Kembung.
• Ikterus.
• Urin kuning tua.
Bila terjadi hipertensi portal dapat terjadi: varises
oesophagus yg bisa menyebabkan perdarahan.
Diagnosa pasti :
pemeriksaan P A
• SIROSIS
HATI
Pemeriksaan Lab. :
• Bilirubin
serum meningkat sampai bertahun-tahun (indirek > direk).
• SGOT
meningkat ( £ 300
u/l pada 65-75% pend).
• SGPT
meningkat (£ 200
u/l pd 50 % penderita).
Bila dua2nya makin
meningkat Þ
progresif.
• Alkali
fosfatase meningkat pada 40-50% pend
• Protein
total normal atau turun.
Bila albumin
menurun bisa Asites.
• T.T.T.
Abnormal.
• SIROSIS
HATI
Pemeriksaan Lab
Pemeriksaan Lab
• Kholesterol
: N atau turun.
• BSP
Þ retensi (+)
• Urea
– N atau turun.
• Anemi.
• Leukosit
: normal.
Bila naik biasanya
ada nekrosis masif atau perdarahan.
• P.
T naik.
• Amonia darah naik pada keadaan koma.
• KANKER
HATI
Ada 2 jenis :
- K.H.P : kanker hati primer, berasal dari jaringan hati.
- K.H.S : kanker hati sekunder berasal dari metastase.
Insiden : 7-16 % dari penderita penyakit hati yg dirawat di
RS di Indonesia.
Laki2 : wanita = 4 :
1
Paling sering pada umur 41-50 tahun.
• KANKER
HATI
Penyebab :
- Sirosis hati.
± 60% KHP ditemukan bersama
sirosis.
- Hepatitis virus B dan C.
9-10%
HVB akan jadi kronis, sirosis atau KHP.
- Faktor nutrisi.
- Kekurangan gizi yg menyebabkan resiko timbulnya KHP: kekurangan protein hewani.
- Makanan yg tercemar oleh Aflatoksin yaitu suatu zat yg karsinogenik terhadap hati yg dihasilkan oleh jamur Aspergilus Flavus.
• KANKER
HATI
Makanan yg bisa tercemar Aflatoksin :
• Kacang tanah.
• Kedelai.
• Jagung.
• Padi.
• Kentang.
• Ubi kayu.
• Gandum.
• KANKER
HATI
Gejala Klinik :
Nyeri perut kanan atas yang terus menerus dan makin
bertambah.
Tidak berkurang dengan obat2 Analgetik.
Pada ±
25% penderita teraba benjolan di perut kanan atas.
Bisa terjadi Asites.
Nafsu makan ↓ Þ
sehingga BB↓, lemah.
Bisa Ikterus, perdarahan saluran cerna bagian atas Þ koma.
• KANKER
HATI
Pemeriksaan Lab. : tergantung lokasi tumor.
• Bila terjadi obstruksi saluran empedu: bilirubin↑, alkali fosfatase ↑.
• bila jaringan Parenkhim yg terkena :
ü SGOT dan SGPT↑.
ü Albumin ↓
ü PT ↑
ü Bilirubin ↑
• KOLELITIASIS
Terjadinya batu empedu oleh karena pengendapan salah satu /
bbrp komponen empedu yaitu :
Kolesterol, bilirubin, garam empedu, kalsium, protein.
Kolesterol dan Bilirubin sukar larut.
Batu bilirubin murni biasanya :
Kecil, hitam, multipel.
Bila ada batu ini ada kaitannya dengan penyakit hemolitik.
• KOLELITIASIS
Batu Kolesterol murni biasanya :
Besar, kuning pucat, tunggal, bulat/oval.
Penderita batu biasanya umur > 20 tahun.
Batu empedu biasanya terbentuk di kandung empedu, jarang pd
saluran empedu.
• KOLELITIASIS
Faktor predisposisi :
• perubahan
susunan empedu oleh karena adanya gangguan metabolisme.
• statis
empedu.
• infeksi
kandung empedu.
Stasis empedu dalam kandung empedu dapat mengakibatkan
supersaturasi progresif perubahan susunan kimia dan pengendapan.
• KOLELITIASIS
Stasis disebabkan
oleh :
• Gangguan
kontraksi kandung empedu.
• Spasme
sphinkter ODDI.
• Perlambatan
penggosongan kandung empedu. Misal pada
kehamilan.
• KOLELITIASIS
Pada infeksi bakteri dalam saluran empedu akan terjadi
pelepasan sel2 berlebih dan pembentukan mukus, maka akan terjadi peningkatan
Viskositas, sedangkan unsur selular dan bakteri berperan sebagai pusat
Presipitasi.
• KOLELITIASIS
Gejala Klinis :
Ø Bentuk
akut ditandai rasa nyeri hebat yg timbul secara mendadak di perut bagian kanan
atas menyebar ke punggung dan bahu kanan.
Ø Banyak
keringat.
Ø Nausea
(mual) → muntah.
• KOLELITIASIS
Komplikasi Kolelithiasis :
• Kolesistitis.
• Obstruksi
duktus sistikus atau duktus koledokus.
Obstruksi
ini bisa intermiten, atau permanen.
• KOLELITIASIS
Pemeriksaan Lab. :
• Bila batu kolesterol, terjadi
hiperkolesterolemi.
• Bila batu bilirubin, ada kelainan tanda2 hemolitik.
• Bila kolesistitis Þ terdapat :
ü leukositosis.
ü retensi BSP.
ü alkali fosfatase ↑
ü amilase ↑
ü lipase ↑.
•
JANTUNG
Angina Pektoris
Yaitu suatu sindroma
klinis dengan terjadinya rasa sakit dada yang khas.
Dada seperti
ditekan, menjalar ke bahu kiri, kemudian ke lengan kiri. Biasanya timbul waktu
ada aktivitas dan hilang bila istirahat.
Penyebabnya :
Terjadinya iskemi
miokard yang disebabkan karena suplai darah dan O2 menurun. Penurunan aliran
darah ke otot jantung terjadi oleh karena adanya penyempitan pembuluh darah
koroner.
Penyempitan ini
terjadi oleh karena:
- Proses Aterosklerosis.
- Spasme Pembuluh darah koroner.
Aterosklerosis
dipercepat oleh:
•
Obesitas.
•
Hiperlipidemi.
•
DM
•
Kurang
olahraga.
•
Hipertensi.
•
Emosi.
•
Merokok.
•
Pemeriksaan
:
Fisik : tidak
ada kelainan, kecuali bila ada obesitas, darah tinggi.
EKG : ada
kelainan pada saat serangan.
Lab : tidak
ada kelainan kecuali bila ada faktor risiko. Misal DM, hiperlipidemi dll.
Infark Miokard Akut (I M A)
Yaitu terjadinya
nekrosis miokard sebagai akibat terganggunya aliran darah ke otot jantung.
Komplikasi dari IMA
:
1. Hemodinamik.
Terjadinya penonjolan setempat
pd Miokard saat sistolik, sehingga isi sekuncup menurun.
Tekanan diastolik ventrikel kiri naik sehingga tekanan atrium kiri naik.
Dapat terjadi transudasi cairan
ke jaringan interstitium paru2 dan akhirnya terjadi gagal jantung.
Miokard yang relatif
masih baik akan mengadakan kompensasi untuk mempertahankan curah jantung,
akibatnya kebutuhan O2 meningkat. Bila daerah tersebut mengalami iskemi atau fibrosis, maka
kompensasi tidak akan terjadi.
Bila IMA menjadi tenang, maka
fungsi jantung membaik.daerah yang tadinya iskemik akan membaik.
Bila iskemik berjalan terus maka
Infark akan bertambah luas, sehingga hemodinamik semakin memburuk
2. Aritmia.
Komplikasi ini lebih sering terjadi pada awal serangan. Aritma ini
disebabkan oleh karena perubahan daya hantar rangsang. Bisa terjadi fibrilasi
ventrikel sehingga infark meluas.
Gejala Klinik IMA :
Nyeri dada Retrosternal seperti
ditekan-tekan. Rasa nyeri bisa menjalar ke bahu kiri sampai lengan kiri, leher,
rahang, bisa sampai ke punggung dan epigastrum.
Rasa nyeri lebih lamadari Angina
Pektoris.
Tidak dapat dihilangkan dengan
nitrogliserin.
Bisa disertai mual, muntah,
sesak, pusing, keringat dingin, berdebar, pingsan.
Penderita sering terlihat
ketakutan.
Komplikasi dari
IMA :
` Laboratorium :
1. CPK (Creatine
Phosphokinase)
Pada > 90%
penderita meninggi digunakan
sebagai diagnosis dini, karena
kadarnya dalam darah meningkat dalam
3-6 jam setelah kejadian IMA.
Dan
mencapai puncak dalam 24-36 jam.
Pemeriksaan ini
lebih sensitif dibandingkan
pemeriksaan Ensim lain sebab
kenaikannya bisa 6-12 x normal.
Normal kembali
setelah 3 hari
Komplikasi dari
IMA :
Laboratorium
2. SGOT.
Meningkat
setelah 6-8 jam serangan
Puncaknya
tercapai 24-48 jam. Normal kembali dalam 4-6 hari. Dapat naik 5x normal.
Komplikasi dari
IMA :
Laboratorium
3. a HBDH (a hidroksi butirat dehidrogenase)
Meningkat dalam
11-12 jam setelah serangan. Puncaknya
dalam 48-72 jam.
Normal kembali
dalam 13 hari.
Kenaikan 3-4 x
normal.
4. LDH (laktat dehidrogenase)
Meningkat dalam
10-12 jam setelah serangan.
Puncaknya dalam
48-72 jam.
Normal kembali
setelah 11 hari.
kenaikan 3x
normal.
SGOT dan LDH
dipengaruhi pula oleh kelainan hati.
•
Penyakit
Jantung Hipertensi
Hipertensi bila:
Tekanan sistolik > 160 mmHg
dan atau Tekanan diastolik > 95 mmHg.
Normal : £ 140/90.
Diantara nilai
tersebut disebut Borderline.
Hipertesi dpt
menyebabkan komplikasi pada jantung, otak dan ginjal.
•
Penyakit
Jantung Hipertensi
Komplikasi pada
jantung menyebabkan penyakit jantung hipertensi yg berupa :
•
Kelainan anatomik yaitu Hipertrofi
Ventrikel atau dilatasi Ventrikel.
•
Kelainan fungsi yaitu gagal jantung.
Faktor risiko
terjadinya hipertensi :
Umur, berat badan,
glukosa darah, frekuensi jantung, kadar asam urat darah.
•
Penyakit
Jantung Hipertensi
Patofisiologi
penyakit jantung hipertensi :
Kerja jantung
terutama ditentukan oleh besarnya curah jantung dan tahanan Perifer.
Pada Hipertensi:
•
Curah jantung normal.
•
Tahanan perifer meningkat.
•
Penyakit
Jantung Hipertensi
Peningkatan tahanan
perifer karena adanya vasokonstriksi Arteriol yg disebabkan oleh naiknya Tonus
otot polos pembuluh darah.
Bila hipertensi
sudah lama, akan terjadi penebalan tunika intima dan hipertrofi
tunika media.
Akibatnya kerja
jantung bertambah berat.
•
Penyakit
Jantung Hipertensi
Lambat laun akan terjadi
hipertrofi ventrikel kiri. Bila hipertrofi berlebih maka jumlah sel2 jantung
juga bertambah (hiperplasi). Akibatnya aliran darah dalam otot jatung tidak
cukup dan terjadi Anoksia Relatif.
Keadaan ini
diperberat oleh adanya Sklerosis koroner.
Hipertrofi dan hiperplasi akan
diikuti oleh dilatasi ventrikel kiri, akhirnya terjadi gagal jantung kiri. Bila
berlanjut akan diikuti hipertrofi, hiperplasi dan dilatasi jantung kanan yg akhirnya
terjadi gagal jantung kanan.
PENYAKIT JANTUNG
ANEMIK
Fungsi Eritrosit yaitu antara lain mengangkut O2
dari paru2 ke seluruh jaringan tubuh dengan melibatkan jantung.
Faktor2 yang berperan
dlm oksigenasi jaringan:
• curah jantung
• ventilasi paru2.
• eritrosit.
• kapiler.
Bila Hb < 7,8 gr/dl, terjadi kenaikan curah jantung dan
terjadi sirkulasi hiperkinetik (sirkulasi akan meningkat yg td nya pelam mnjadi
meningkat) dengan gejala-gejala :
• Tahikardi (jantung memompa darah menjadi
cepat, berdebar lebih cepat)
• Pulsasi pada arteri dan kapiler.
• Tekanan nadi meningkat.
• Murmur sistolik (suara ketika jantung
memompa)
• Masa sirkulasi memendek (putaran waktu,
kembalinya darah dr yg d pompa cepat)
• Aliran sirkulasi koroner naik (aliran meningkat)
• Curah jantung meningkat
Pada anemia terjadi vasodilatasi (mengembangnya pembuluh
darah) perifer dan viskositas (kekentalan) darah menurun.
Penurunan tonus (ketegangan) arteriol perifer diduga
kaitannya dgn hipoksia (kekurangan oksigen) jaringan.
Gejala klinis:
• sesak nafas.
• Palpitasi (berdebar jantung)
Bila Hb < 3 gr/dl, sesak terjadi pd keadaan istirahat.
Angina dapat timbul apalagi bila tadinya sudah ada stenosis
koroner.
• DEFINISI
:
Penyakit dengan adanya proses keganasan dari satu jenis atau
lebih sel darah.
• ETIOLOGI (PENYEBAB)
• Virus
• Radiasi
• Bahan Kimia
• Kelainan Genetik
Angka kejadian : 0
> 0+
• KLASIFIKASI
- Leukemi akut.
- Leukemi kronis.
LEUKEMI AKUT :
• Leukemi
Limfoblastik Akut.
• Leukemi Mieloblastik Akut.
LEUKEMI KRONIK :
• Leukemi
Mielositik Kronik.
• Leukemi
Limfositik Kronik.
LEUKEMI AKUT
Ø Gejala
Perdarahan Klinik :
Lemah,
demam, nyeri tulang/sendi, Ptekie atau perdarahan, hepato splenomegali, kadang
limfadenopati.
Ø Pemeriksaan
Lab. Hematologi :
* Anemi berat.
* Leukosit :
normal, naik, rendah.
* Trombosit :
jumlah menurun (Trombositopeni)
Ø Sediaan
Apus Darah Tepi :
* Eritrosit :
Normokrome, normositer.
* Leukosit :
banyak sel muda (blas).
* Trombosit :
kelompok kurang.
Ø Sediaan
Apus Sumsum Tulang:
* Selularitas : meningkat
* Infiltrasi
: Blas
* Sistem Ekitropoetik dan Trombopoetik
terdesak.
Ø Leukemi
Mieloblastik Akut banyak ditemukan sel Mieloblas (dewasa).
Ø Leukemi
Limfoblastik Akut banyak ditemukan Limfoblas
(sering
pada anak).
LEUKEMI KRONIK
- Leukemi Limfositik Kronik (CLL)
Terdapat pada dewasa Þ usia lanjut.
Gejala Klinik :
• lemah,
lekas capai, anoreksi, berat badan menurun, subfebris.
• Limfadenopati
menyeluruh kadang Hepato/splenomegali.
Pemeriksaan Lab. Hematologi :
• anemi ringan-sedang.
• leukosit: meningkat, kadang > 100.000/mm3
• trombosit : menurun .
• LEUKEMI
KRONIK
Leukemi Limfositik Kronik (CLL)
Terdapat pada dewasa Þ usia lanjut.
Leukemi Limfositik Kronik (CLL)
Terdapat pada dewasa Þ usia lanjut.
Apus Darah Tepi :
• Eritrosit
:
normokromo normositer.
• Leukosit : meningkat,
banyak sel matur.
• Trombosit
: kelompok menurun.
Apus Sumsum Tulang :
• Hiperselularitas.
• infiltrasi
masif limfosit.
• sistem
eritropoetik, granu, lipoetik, trombopoetik terdesak.
LEUKEMI KRONIK
Ø Leukemi Meilositik Kronik (CML)
Terdapat pada dewasa.
Gejala Klinik :
• lemah, lekas capai, anoreksi, berat badan menurun.
• Splenomegali.
Pemeriksaan Lab. Hematologi :
• anemi ringan-sedang.
• leukosit: meningkat > 100.000/mm3
• trombosit : mula-mula meningkat kemudian menurun.
•
LEUKEMI KRONIK
CML
LEUKEMI KRONIK
CML
Sediaan Apus Darah Tepi :
• Eritrosit : normokrome normositer.
• Leukosit : penuh dengan sel Granulositmatur.
• Trombosit
: kelompok meningkat.
Sediaan Apus Sumsum Tulang :
• Hiperselularitas.
• Sistem Granulopoetik meningkat.
• Sistem eritropoetik menurun.
• Sistem Trombopoetik Þ
• Megakariosit menurun.
• Proses
yang terjadi pada Pembekuan Darah
• Vasokonstriksi
pemb. darah yg rusak (karena pengaruh Neurogen).
• Endotel
pemb. darah mengerut.
• Pengeluaran
Tromboplastin dari jaringan rusak.
• Aktivasi
F XII ketika plasma mengalir ke jaringan yg rusak.
• Aktivasi
sistem ekstrinsik, Tromboplastin jaringan
mengaktifkan F VII.
• Protrombin
Þ Trombin oleh Ca++,
F V dan F X
• Proses
yang terjadi pada Pembekuan Darah
• Adhesi
trombosit pada Endotel pemb. darah yg rusak.
• Agredgasi
trombosit karena adanya Trombin dan ADP.
• Terjadi
penyumbatan Hemostatik (hemostatik plug)
Þ semakin membesar Þ menutup pemb.darah yg
rusak.
• Fibrinogen
Þ Fibrin oleh Trombin.
fibrin
akan menyerap kelebihan Trombin.
• Anyaman
Fibrin mengalami Polimerisasi Þ
sumbat hemostatik semakin kuat.
• Rekanalisasi
pemb. darah, karena terjadi fibrinolisis.
• Fibrin
diubah menjadi Kolagen.
• TROMBOSIT
Fungsi :
• Menjaga
keutuhan endotel.
• Membentuk
sumbat hemostatik.
• Produksi
zat-zat sbb:
* Serotonin
(Þ vasokonstriksi)
* Fosfolpid Þ berperan pada fase awal pembekuan.
* Trombastenin Þ untuk retraksi bekuan.
• TROMBOSIT
Dalam melaksanakan fungsinya Trombosit melakukan :
perlu
faktor Von Willebrand
• Adhesi
Glikoprotein
pada permukaan trombosit
• Agregasi Þ
perlu ADP dan tromboxan A2
• TROMBOSIT
Penyebab perdarahan
Penyebab :
• Kelainan
trombosit
• Kelainan
faktor pembekuan
• Kelainan
pembuluh darah
Kelainan trombosit
• Trombositopeni.
Tanda-tanda:
perdarahan pd kulit, perdarahan mukosa, perdarahan setelah trauma.
Penyebab Trombositopeni :
• Kelainan
produksi di sumsum tulang.
Misal :
keracunan obat, infeksi virus, leukemi, anemi aplastik.
• Penghancuran
yang berlebih.
Misal :
ITP (Idiopathic Thrombocytopenic Purpura)
• TROMBOSITOSIS
I. Trombositosis
Primer :
CML, Polisitemi
Vera, Mielofibrosis with Mieloid Metaplasia.
II. Trombositosis
Sekunder (Reaktif) :
• Perdarahan akut.
• Operasi.
• Post splenektomi.
• Penyembuhan Trombositopeni.
• Penyakit Inflamasi Kronis.
• Anemi Defisiensi zat besi.
• Anemi Hemolitik.
III. Trombositosis Transien :
• Setelah olahraga berat.
• Setelah pemberian epinefrin.
• Setelah melahirkan.
• I
T P
I. Akut :
• sering pd anak.
• 75% setelah melahirkan vaksinasi atau infeksi
virus.
• kebanyakan sembuh sendiri.
• 5-10% Þ
kronis.
II. Kronis :
• pada
semua umur, umumnya O+ 15-50th.
• biasanya
primer, bisa pula menyertai penyakit lain, misal Lupus Eritematosus (LE),
Leukemi Limfositik Kronik.
Diduga terdapat Oto Antibodi terhadap trombosit Þ Lisis.
Tanda2 klinis: Ptektif, mudah perdarahan mukosa, O+
haid lama.
Lab :
• Trombositopeni.
• Apus darah tepi : kelompok Trombosit menurun, megatrombosit menurun.
• Apus sumsum tulang : megakariosit meningkat,
produksi trombosit menurun.
Kelainan faktor pembekuan : Hemofilia : Þ
hemofilia A : defisiensi F VIII
Hemofilia B : defisiensi F IX
• D.
I. C
(Disseminated Intravascular Coagulation)
(Disseminated Intravascular Coagulation)
Terjadi pembentukan fibrin di dalam pembuluh darah secara
luas. Trombosit dan faktor pembekuan banyak terpakai sehingga menyebabkan
perdarahan yg susah berhenti.
• D.
I. C
(Disseminated Intravascular Coagulation)
(Disseminated Intravascular Coagulation)
Penyebab :
- Masuknya bahan Prokoagulan kedalam sirkulasi darah.
Misal :
• Emboli air ketuban.
• Solutio plasenta.
• Reaksi transfusi hemolitik.
• Gigitan ular berbisa.
• Adenokarsinoma yg mengeluarkan mucin
• D.
I. C
(Disseminated Intravascular Coagulation)
Penyebab
(Disseminated Intravascular Coagulation)
Penyebab
2. Kerusakan
endotel pembu. darah yg luas.
• Sepsis oleh karena bakteri.
• Infeksi virus.
• Luka bakar yang luas.
3. Agregasi
trombosit yang luas.
• Infeksi bakteri/virus.
• Adanya kompleks immun.
Lab :
-
Tombositopeni.
-
Fibrinogen menurun.
-
FVII,
FVIII menurun.
-
Protrombin time meningkat.
-
Partial
tromboplastin time meningkat.
• TRHOMBASTHENIA
(Penyakit Glanzmann)
(Penyakit Glanzmann)
Ø Kelainan
fungsi trombosit.
(tidak
bisa agregasi)
Ø Jumlah
trombosit normal.
Hemofilia
Penyebab: penurunan kadar/aktivitas FVIII.
Tanda Klinik:
• Perdarahan
setelah operasi, disunat, dicabut gigi.
• Perdarahan
pd lutut (sendi lutut) menjadi bengkak, disebut hemartrosis.
Lab :
• Waktu perdarahan normal.
• Waktu pembekuan memanjang.
• PTT memanjang.
• PT normal.
• Kadar F VIII menurun.
• TRHOMBASTHENIA
(Penyakit Glanzmann)
(Penyakit Glanzmann)
Kelainan Vaskuler terjadi pada :
• Defisiensi
Vitamin C.
• Manula
Þ purpura.
• Pengobatan
lama dengan kortiko steroid.
• Henoch
– Schonlein syndrome, yaitu adanya reaksi immunologis setelah infeksi akut oleh
karena hipersensitiviti Þ
terjadi purpura disertai Odema dan gatal.
Pada kelainan vaskuler ini, perdarahan biasanya tidak parah:
Ptekie, purpura.
PARU-PARU
Pneumonia (radang
paru-paru)
Peradangan pd parenkhim(kumpulan
dari bermacam-macam ( alveolus. Kelenjar
getah bening, pembuluh darah)) paru2 di bagian distal bronkiolus terminalis
meliputi bronkiolus respiratorius duktus alveolaris, sakus alveolaris dan
alveoli.
Penyebab :
• Pneumokokus Hemofilus
influenza
Streptokokus Pn. Stafilokokus aureus
KL. Pneumoniae. Pseudomonas aeruginosa
• Jamur (pada orang yg daya tahannya menurun
sehingga jamur yang tidak sampai ke paru-paru sampai ke paru-paru)
• Virus
Penyebab tsb dapat masuk ke paru2 melalui :
- Inhalasi melalui udara.
- Aspirasi dari Naso atau Oropharynx.
- Hematogen (penyebaran melalui darah)
- Penyebaran langsung dari tempat infeksi dr organ yg berdekatan
Didalam tubuh terdapat mekanisme pertahanan paru2 terhadap
masuknya mikroorganisme yaitu:
•
Refleks Glottis menutup pada saat benda asing teraspirasi.
(melalui oropharink)
•
Batuk, terjadi bila benda asing mencapai trakhea
atau bronkhus
•
Lapisan epitel bersilia yang ditutup mukus mulai
dari larynx sampai bronkhiolus yang mendorong benda ke saluran yg lebih besar
kemudian dikeluarkan dgn batuk atau ditelan.
•
IgA.
Terdapat dalam konsentrasi tinggi yang melindungi terhadap
mikroorganisme pada saluran respiratorius atas, mengurangi penempelan
mikroorganisme ke permukaan mukosa.
•
Makrofag di alveolus, memfagositosis
mikroorganisme
Predisposisi yang menurunkan daya tahan tubuh
terhadap mekanisme pertahanan yaitu :
- Kesadaran yang menurun.
Misal : Trauma kapitis, stroke, umur tua.
Reflkes
Glottis menurun
Batuk
menurun.
- Nyeri dada
Malnutrisi, batuk tidak efektif.
Trakheostomi
(di buat lubang d trachea)
- Transfer Mukosilier melemah yang disebabkan oleh :
• Alkohol.
• Asap rokok.
• Umur tua.
• Penyakit pd paru2 yang telah ada
sebelumnya.
- Fungsi makrofag melemah karena :
• Asap rokok.
• Hipoksia (misal: anemi)
• Infeksi virus.
• Odema paru2.
Flora Oropharynx (perkembangan mikroorganisme di oropharing)
:
Pada
keadaan normal mengandung campuran bakteri aerob dan anaerob. Kuman anerob bila
teraspirasi sedikit sudah bisa menyebabkan Pneumonia, misal streptokokus,
staphylokokus, H. influenza.
Kuman
anaerob lebih lemah, bisa mneimbulkan pneumonia bila teraspirasi dalam jumlah
yg banyak.
Gejala Klinis :
• Demam (toksin akan merangsang pengatur suhu
pada otak)
• Batuk.
• Nyeri dada.
• Sesak.
• Produksi Sputum yg mukoid (lender saja)
/purulen (nanah) atau bisa berdarah.
Pemeriksaan Lab. :
• Leukositosis
(pd. Penyebab bakteri) meningkat jika infeksi
• Leukopeni
(Agranulasitosis) pada infeksi berat.
• Urine
: proterinuri (terdapat albumin pada urin), silinder leukosit/hialin.
• Sputum
mengandung banyak leukosit pd inf. bakteri.
Foto Thorax → membantu menegakkan diagnosa.
Asma Bronkhiale
Terjadi
penyempitan bonkhus selama waktu tertentu yg timbul secara tiba2, berlangsung
beberapa menit sampai beberapa jam.
Keadaan ini bisa sembuh spontan atau dengan pengobatan.
Penyakit ini diselingi oleh keadaan bebas gejala.
Bila serangan berlangsung beberapa hari disebut Status
Asthmatikus
Etiologi (penyebab) :
- Alergi terhadap berbagai bahan yg diisap atau ditelan, misal : debu, bulu binatang, serbuksari tumbuhan, bahan makanan tertentu.
- Infeksi yg menetap pd sinus paranasal, tonsil, saluran nafas bagian atas.
- Faktor
keturunan
Faktor non spesifik yg merangsang timbulnya spasme (penyempitan) :
• Perubahan tekanan atmosfir, suhu.
• Tekanan emosional (stres, marah)
• Terlalu lelah.
Sistem adrenergik
beta membantu mempertahankan saluran nafas agar tetap normal. Pada asma
sistem ini tidak berjalan normal karena adanya hambatan parsial pd. Reseptor
adrenergik beta.
Spasme bronkhus dpt timbul dgn histamine( penyebab alergi)
dosis rendah.
Alergen masuk tubuh dengan jalan :
• inhalasi: misal debu, bulu binatang.
• Ingestan (di cerna) melalui mulut.
misal
susu, ikan, obat.
• kontaktan: kontak dgn. kulit.
Bahan alergen pd orang yg atopic ( alergi trhadap siuatu
zat) akan menimbulkan terbentuknya antibodi yg menjadi perantara terjadinya
spasme bronkhus dan secret (lendir) akan bertambah sehingga terjadi penyempitan
umum pd bronkhi dan bronkhioli sehingga pernafasan terganggu.
Ekspirasi yg biasanya pasif, menjadi aktif dan menimbulkan
bunyi yg disebut Wheezing.
Penyempitan saluran nafas disebabkan oleh kontraksi otot
polos, odema dinding bronkhus, sekret yg kental.
Dikenal 3 kategori asma.
1. Asma
idiopatik atau intrinsik.
Terdapat
pada 30-50% penderita asma.
Faktor penyebab
tidak jelas.
Misal :
infeksi, iritasi, olahraga, emosi.
Serangan
asma semakin lama semakin memberat.
2. Asma
Alergika atau ekstrinsik.
Terdapat pd 10-20% penderita
asma. Dimulai pd masa kanak-kanak pd anggota keluarganya
dgn riwayat penyakit atopik.
Peka terhadap alergen tertentu,
biasanya protein dlm bentuk inhalan. Misal : debu, bulu binatang, tepung sari.
3. Asma
kombinasi 1 & 2
Gejala
Klinis : dispne (sesak), batuk dan wheezing.
Pemeriksaan
Lab. :
- sputum mukoid (kental), tanpa darah atau nanah kecuali
bila ada infeksi. Dapat ditemukan eosinofil dan kristal charot leyden (jajar
genjang) dan Curschman’s spiral.
- Eosinofilia. (meningkat dalam
darah atau sputum)
- Pada stadium awal CO2
turun, dan pd stadium lanjut CO2 naik.
Spiral
Curschmann :
Berupa
berkas benang lendir halus bentuk spiral. Ujung2 spiral “LOS” terlihat seperti
tali yg ada ikatan pd beberapa tempat.
Pada
ujung spiral sering ditemukan leukosit atau sel
epitel (mikroskop 100-200 x).
- Kristal Charcot-Leyden.
Terdapat
pd bagian Sputum yg liat.
Dengan
pembesaran 100x, terlihat bentuk seperti
jajaran genjang atau kumparan, ujung2 runcing,
warna seperti sekelilingnya.
• Bronkhitis
Kronis
Yaitu suatu keadaan dgn. Terjadinya produksi mukus trakheobronkhus
secara berlebihan dan cukup untuk menyebabkan batuk dgn. ekspektoran selama
minimal 3 bulan per tahun, selama 2 tahun berturut2.
Terdapat penyempitan saluran nafas yg menetap saat
ekspirasi. Penyakit tersebut sering terdapat bersama-sama dgn. Emfisema.
Emfisema adalah suatu keadaan pelebaran ruangan udara
disebelah distal bronkhiolus terminalis dengan adanya destruksi septa
alveolaris
Dikenal 3 jenis bronkhitis kronis.
1. Simple
Chronic Bronchitis.
batuk
menahun dgn dahak mukoid ada juga penderita
batuk tanpa dahak.
2. Mucopurulent
Bronchitis.
Dahak :
Mucopurulen.
3. Chronic
Obstruktive Bronchitis.
Terdapat
obstruksi saluran nafas yg menetap
dan menyeluruh. Penderita merasa sesak
karena ada obstruksi tersebut.
• Etiologi
(Penyebab)
Adanya beberapa faktor pendukung :
• Genetik
• Merokok
• Pekerjaan
• Infeksi
• Polusi
udara
• Sosial
ek onomi
• Bronkhitis
Kroni
• s
Merokok
Erat hubungannya dgn Bronkhitis Kronis oleh karena :
·
Menyebabkan gangguan pegerakan
silia
- Menyebabkan gangguan pergerakan silia.
- Menghambat fungsi Makrofag Alveolar.
- Hipertrofi da hiperplasia kelenjar yang mensekresi mukus.
- Penyempitan saluran nafas secara akut meningkat oleh karena konstriksi otot polos melalui nervus vagus
Secara Fisiologis terdapat kelainan :
- Distribusi udara ventilasi oleh karena terjadinya penyempitan saluran nafas.
- Obstruksi oleh karena penebalan dinding saluran nafas dan banyaknya sekret.
- Hipertensi pulmonal (tekanan tinggi di daerah paru-paru) --> susah mengeluarkan CO2, yg menyebabkan hipoksemi dan asidemi. Hal ini bisa menyebabkan Polisitemi.
Gejala Klinis :
Batuk yg menetap disertai banyaknya sputum.
Dispne ringan yg timbul setelah batuk.
Pemeriksaan Lab.
Tidak ada yang khas:
• Jumlah
leukosit Normal atau meningkat.
• Eosinofil
meningkat bila penyebabnya alergi.
• LED
Normal atau meningkat.
• Sputum:
bakteri (+)
Yang
sering yaitu
- Pneumokokus.
- H. Influenza.
- St. Aureus.
Pemeriksaan Foto Thoraks
- Corakan
meningkat pada lapang paru2 bawah.
EMFISEMA
Dikenal 2 tipe :
- Emfisema Sentrilobuler (centriasiner) paling banyak ditemukan. Terutama mengenai lobus atas paru sering pd laki2 yg merokok, sering didahului Bronkhitis Kronis.
Dinding
Bronkhiol melebar, sedangkan alveoli didistal tetap normal. Biasanya disertai
peradangan pd Bronkhial Terminal (Bronkhiolitis)
- Emfisema Panlobuler (Panasiner) terjadi pd defesiensi a1 anti tripsin seluruh lobus terkena mulai dari bronkhial sampai alveoli disebelah distalnya.
Terutama
pd lobus bawah paru tidak terjadi bronkhiolitis.
a1
Antitripsin.
Yaitu
ensim Gliko protein yg dibuat di hati dan disekresi oleh sel epitel paru2.
Ensim ini menetralisir ensim
proteolitik, misal tripsin, trombin, khemotripsin.
Gejala Klinis :
Riwayat dispne yg panjang terjadi waktu olahraga
dengan batuk ringan yg bersifat produktif dan sedikit
sputum yang mukoid.
Ekspirasi relatif lebih lama atau ekspirasi dimulai dgn
berbunyi .
Vena leher mungkin menonjol waktu ekspirasi.
Pemeriksaan Lab. :
Oleh karena ventilasi paru2 ↓ , maka PO2 N
atau ↓ dan PCO2 ↑
Hal ini disebut Asidosis Respiratori.
No comments:
Post a Comment